Selasa, 08 Desember 2015

Resensi Novel Pulang Tere Liye








Judul Novel : Pulang
Penulis  : Tere Liye
Penerbit  : Republika
Tahun Terbit : 2015
Tebal  : 400 halaman

Sinopsis Buku:
“Aku tahu sekarang, lebih banyak luka dihati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis dihati mamak dibanding matanya.”
Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit.
***
Pulang,
Sebuah kata yang terlintas dibenak kita, ketika kita ingin kembali. Ketika kita sudah rindu dan lelah akan sebuah perjalanan, pulanglah menjadi tujuan kita selanjutnya.

Dikisahkan Bujang atau Babi Hutan atau Agam. Itulah sederet nama yang menghiasi salah satu tokoh di Novel Pulang ini. Satu orang dengan banyak nama. Ya begitulah, sekiranya jika anda membaca tulisan ini.  Seorang putra dari samad dan midah, yang tinggal di  Rimba Bukit Barisan sumatera.  Kehidupan mereka yang sederhana dan jauh dari perkotaan, Membuat bujang tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Namun, midah tidak pernah menyerah untuk mengajarkan anaknya. mulai dari berhitung, membaca, adzan,sholat dan mengaji. Walupun kadang samad sering memarahi bahkan melecut  bujang dengan rotan ketika dia melihat bujang sedang belajar agama.
Suatu hari datanglah rombongan dari kota yang dipimpin oleh sahabat samad yaitu Tauke Muda. Mereka datang dengan misi untuk menagkap babi hutan yang sering menganggu perkebunan warga. Dalam misi ini Tauke Muda, tertarik mengajak bujang untuk ikut bersamanya. Samad pun menyetujui, dan mengizinkan bujang untuk pergi. Namun, midah sang Mamak melarang Bujang untuk pergi, dia takut jika terjadi sesuatu terhadap bujang. Setelah Samad membujuk Midah dia pun menyetujuinya, dengan syarat Bujang hanya boleh Menonton tanpa ikut memburu.
Perburuan pun dimulai, semua berjalan dengan lancar hingga tiba saatnya ketika keluar seekor Babi Hutan Raksasa yang mengancam jiwa Bujang dan Tauke muda. Bujang yang tetap menjaga janjinya kepada sang Mamak . Akhirnya dilanggar, karena posisi mereka pada waktu itu terancam. Namun, dengan sigap Bujang berhasil mengalahkan babi hutan Raksasa tersebut.
Mungkin inilah yang digambarkan oleh penulis diawal kita membaca Novel Pulang ini,
“jika manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik, dan kemarahan, aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut.”
Rasa takut itu hilang ketika menghadapi sesuatu yang mengancam jiwa, bahkan janji yang dibuat pun bisa dilanggar ketika kita berada diposisi tersulitkan.
Setelah perburuan selesai, bujang diajak ikut kekota oleh Tauke Muda dan diangkat menjadi anaknya. Dengan berat hati Samad dan Midah merelakan Bujang untuk ikut kekota bersama Tauke Muda. Satu janji sang Mamak kepada Bujang “jangan pernah memakan daging babi atau anjing, jangan pula menyentuh tuak dan segala minuman haram “. Setelah sepakat Bujang pun diajak ke kota Provinsi. Lebih tepatnya ke rumah Tauke Muda. Dengan suasana rumah yang besar. Didalam keluarga tersebut Tauke Muda dipanggil Tauke Besar, atau seorang pemimpin dikeluarga Tong. Karena dia telah menggantikan posisi ayahnya atau Tauke Besar yang telah meninggal.
Di Novel ini diceritakan pula tentang Shadow Economy. Entahlah ketika saya membaca nya jujur saya merasa ibarat dikaitkan dengan situasi sekarang ini. Keluarga Tong merupakan keluarga penguasa Shadow Economy, dimana mereka ini bukan mafia, triad, yakuza atau apapun.

Ada dua tokoh penting yang dikisahkan dalam keluarga Tersebut yaitu Kopong, seorang kepala tukang pukul. Yang kedua Mansur, seorang kepala keuangan, logistik, dan lain-lain.
Di rumah keluarga Tong, Bujang bertemu dengan Basyir, yaitu seorang pemuda keturunan Arab. Basyir bertugas sebagai Tukang Pukul. Setiap harinya Basyir selalu bercerita kepada Bujang tentang aksinya. Hal tersebut membuat Bujang tertarik untuk mengikuti jejak Basyir sebagai Tukang Pukul. Namun, Tauke Besar melarang Bujang untuk mengikuti jejak tersebut.  Dia lebih menyuruh bujang untuk sekolah mengejar ketertinggalannya, dia berkeinginan agar Bujang menjadi penerus keluarga Tong kelak. Awalnya bujang menolak. Namun, perlahan-lahan dia mau menuruti permintaan Tauke Besar. Bahkan dia menyelesaikan kuliah master di luar negeri. Selain sekolah, Bujang juga belajar menjadi tukang pukul. Kopong yang mengajarinya. Dia juga mencarikan guru untuk Bujang agar dapat melatih kemampuan beladirinya.

Bujang tumbuh menjadi pemuda yang pintar dan kuat fisiknya. Ia pun menjadi tukang pukul nomor satu di keluarga Tong. Dia menyelesaikan banyak masalah tingkat tinggi. Namun, masalah demi masalah muncul, hingga tiba saatnya Sang Pengkhianat keluar dan memicu peperangan. Konfik dalam Novel ini pun muncul ketika salah satu orang terdekat menjadi pengkhianat dalam Keluarga tersebut.  Alur maju,mundur yang disajikan membuat pembaca seakan menebak-nebak setiap kejadian yang akan terjadi. Penulis menggunakan bahasa yang sangat sederhana , sehingga  tidak membuat pembaca bertanya-tanya pada setiap kalimatnya.

Membaca Novel ini seakan mengajak kita melakukan setiap hal nya dengan detail. Seperti ketika penulis mengambarkan trik menembak dengan benar. Jujur saja, hal tersebut membuat saya  bertanya-tanya ,” apakah Tere Liye seorang penembak jitu?”. Kemampuan kalimat yang dibuat untuk mendeskripsikanya begitu  detail.

Disamping menawarkan nilai kehidupan, novel ini juga bisa menambah pengetahuan kita,  baik itu tentang shadow economy, lukisan mahal, bahkan beberapa nama senjata yang baru saya dengar setelah membaca Novel ini .
Selain itu, banyak pula Quote menarik yang bisa kita ambil. Misalnya salah satu Quote yang saya ambil dari hal.339 “Tapi sungguh jangan di lawan semua hari-hari menyakitkan itu,jangan pernah kau lawan. karena kau pasti kalah. mau semuak apa pun kau dengan hari itu ,matahari akan tetap terbit indah seperti yang kita lihat sekarang. Mau sejijik apapun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu. Kau keliru sekali jika berusaha melawanya,membencinya,itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Peluklah semuanya,peluklah erat-erat. dekap seluruh kebencian itu. hanya itu cara agar hatimu damai. semua pertanyaan, semua keraguan,semua kecemasan,semua kenangan masa lalu, peluklah mereka. Tidak perlu disesali, tidak perlu membenci ,buat apa? bukankah kita selalu bisa melihat hari yang indah meski dihari terburuk sekalipun?”
Kalimat tersebut membuat kita kembali berfikir. Pola fikir kita ,diubah yang selama ini ingin menghadapi, melawan, atau bahkan membenci setiap hari yang buruk membuat kita ingin melaluinya dengan damai.
Lalu dimana letak Pulang di novel ini??.
Hal tersebut dapat kita lihat ketika tokoh Bujang Pulang kembali ke Bukit Barisan ketika  sang bapak dan Mamak telah Berpulang kepada Yang Maha Kuasa.
Mamak, Bujang pulang hari ini. Tidak kepangkuanmu, tidak bisa lagi mencium Tanganmu, Anakmu pulang kesamping pusaramu, bersimpuh penuh kerinduan.
Mamak, bujang pulang hari ini. Anak laki-lakimu satu-satunya telah kembali. Ma’af kan aku yang tidak pernah menjengukmu selama ini. Sungguh maafkan.
Mamak, bujang pulang hari ini. Terima kasih banyak atas seluruh didikanmu, walau mamak harus menangis setiap kali melihat bapak melecut punggungku dengan rotan. Terima kasih banyak atas nasihat dan pesanmu.”
Kelebihan lainnya yang ditonjolkan dalam Novel ini adalah penggambaran tempat dan suasana yang apik, seolah-olah membuat pembaca menonton setiap adengan yang dimainkan. Membaca Novel ini membuat kita tak bosan. Terlebih lagi kemunculan dua tokoh perempuan cantik yaitu yuki dan kiko. Diselinggi dengan tingkah lucu dan konyol dari kiko , membuat pembaca sedikit tersenyum membayangkannya.
Namun, suatu kelebihan tentu tak terlepas dari kekurangan bukan??. Sulit memang untuk mencari kekurangan di tengah banyaknya kelebihan yang dimiliki. Namun, Salah satu yang ingin saya kritik sedikit yaitu, mengenai beberapa jenis senjata tadi yang sempat membuat saya tahu namanya seperti khanjar,trisula dan katana. Namun, kurang tahu seperti apa bentuknya. Tentunya hal ini membuat saya harus googling untuk dapat memahaminya. Tapi menurut saya, alangkah baiknya jika disertakan sedikit catatan kaki yang berisi penjelasannya,sehingga sedikit lebih mudah membuat pembaca membayangkan seperti apa bentuknya. Kalau menurut saya, Hanya itu saja sih kekuranganya.
Penasaran dengan kelanjutan kisahnya, buruan baca. Saya jamin kalian ngak bakalan nyesel deh punya Novel Pulang ini Cover nya aja unik apalagi isinya. Jangan Pulang kalau belum baca Novel Pulang Ya.
Sekian dan Terima Kasih